Text
E-Ketika Yanti Pindah ke Yogya
“Coba jawab yang keras ya, Yan, supaya semua mendengar.” “Iye, Pak!” jawab Yanti keras. “Hahaha!” anak-anak tidak bisa menahan tawa mereka. Didit memukul-mukul mejanya sambil tertawa keras. Kelas menjadi sangat gaduh. “Ndagel cah iki,” kata Didit sambil menyenggol lengan Dedi, teman sebangkunya yang sedang terpingkal-pingkal juga. “Stop-stop!” Pak Gito harus memukul papan tulis dengan penggaris kayu agar anak-anak berhenti. Yanti malu sekali.
Apa yang salah? Pikir Yanti. Sebagai anak baru, dia menemui banyak sekali masalah, dari bahasa Jawa yang belum dia kuasai, makanan yang tidak cocok di lidahnya, sampai ketika dia menangis karena tersesat saat mencari alamat rumah temannya akibat tidak tahu arah.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain