Text
Ayahku (Bukan) Pembohong
Kutipan itu saya ambil dari sampul belakang Ayahku Bukan Pembohong, novel karya Tere Liye. Sejujurnya tidak butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan buku ini, karna memang dari awal saya sudah berniat akan membaca buku ini dengan cepat, karna menurut saya judulnya yang membuat saya “kepo” dengan isinya, dan ingin cepat-cepat menyelesaikannya. Jujur saja, jika melihat sesuatu yang berhubungan dengan seorang ayah, saya selalu tertarik dengan hal itu. Ayah merupakan sosok yang begitu spesial di hidup saya, ya walaupun di hidup ini saya kurang kasih sayang seorang ayah, berbeda dengan anak lain yang mungkin masih memiliki sosok seorang ayah di kehidupan sehari-harinya. Contohnya saja dari novel ini, Dam anak yang memiliki seorang ayah yang sangat hebat, jujur saja saya saat membaca novel ini sedikit iri degan Dam.
Kembali lagi dengan Ayahku Bukan Pembohong, novel karya Tere Liye yang meceritakan tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati. Mulailah membaca novel ini dengan hati lapang, dan saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya.
Novel ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Dam yang dibearkan dengan dongeng-dongeng dari ayahnya, saat masih kecil Dam tentu masih percaya-percaya saja dengan cerita ayahnya itu. Salah satu cerita dari ayahnya adalah seorang pemain sepak bola hebat yang terkenal adalah teman dekat dari ayahnya dulu sebelum menjadi pemain sepak bola seperti saat ini. Pemain bola itu bernama El Capitano, yang sangat Dam idolakan.
Tepat saat Dam berusia 20 tahun ia berhenti memercayai cerita ayahnya. Menurutnya, itu semua kebohongan dari ayahnya. Beberapa tahun berlalu, Dam menikah dengan teman sekolahnya dulu bernama Taani. Dam dan Taani menikah lalu mempunyai dua orang anak yang dinamakan Zas dan juga Qon. Dam tidak ingin anak-anaknya ini dibesarkan seperti ia dulu, dibesarkan dengan cerita-cerita bohong dan juga tidak ada gunanya. Tetapi ayah Dam masih saja menceritakan hal yang sama kepada cucu-cucunya itu, Dam merasa kesal, dan ingin membawa anaknya pergi dari kakeknya itu, tetapi selalu saja Taani menghalanginya.
Singkat cerita, ada saat dimana ayah Dam sakit dan dibawa ke rumah sakit, disitu Dam baru merasa khawatir takut kehilangan seorang ayah, yang awalnya Dam merasa kesal disaat-saat seperti ini baru ia merasa bersalah, kecewa, dan juga khawatir semuanya campur aduk di saat seperti itu. Khawatir, takut kehilangan… Dam tidak tau mau berbuat apa, mungkin, karna Tuhan lebih sayang dengan ayah Dam, Tuhan mengambil nyawanya. Disitu Dam baru merasa kehilangan, menyesal, sedih yang begitu dalam.
Ayah Dam dimakamkan di kota, dihadiri banyak sekali orang, Dam tidak pernah melihat orang sebanyak ini, bahkan pemain bola yang dulu ayahnya ceritakan datang ke pemakaman itu. Di sini, ia baru tersadar bahwa ayahnya bukanlah seorang pembohong.
Saat saya selesai membaca novel ini, di saat kalimat terakhir dari buku ini yaitu “Pagi itu aku tahu, Ayah bukan pembohong.” Air mata saya-pun jatuh tanpa disadari, membasahi halaman terakhir dari novel ini, saya merasa bagaimana jika saya seperti Dam? Kehilangan seorang ayah yang sangat hebat? Jujur saja, saya akan menangis dan tidak tahu kapan akan berhenti dari kesedihan yang mendalam itu.
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapat dari novel ini. Saya mengambil satu pelajaran, yaitu hargai orang yang masih berada di sampingmu, sebelum orang itu pergi dan tak kan kembali.
AYAH24001S | 813 TER a | Perpustakaan | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain